SELAMAT DATANG DI DUNIA BINTANG

TRANSLATOR

Kamis, 12 Januari 2012

CARA MENGALAHKAN KECANDUAN MAKANANAN

posted by: Dunia Bintang
Bila Anda baru mulai merasakan ciri-ciri kecanduan tersebut, coba lakukan empat aturan makan yang bisa membantu Anda "menjinakkan" kecanduan ini:



1. Buatlah jurnal makanan. "Banyak orang meremehkan berapa banyak yang mereka makan," ujar Marjorie Nolan, RD, juru bicara American Dietetic Association. "Dengan membuat jurnal makanan, Anda bisa tetap jujur dengan diri Anda mengenai berapa banyak makanan yang sudah Anda konsumsi."


2. Kombinasikan protein dengan karbohidrat saat makan. Cara ini akan membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil, dan melambatkan pelepasan serotonin ke otak, sehingga mencegah terjadinya keinginan kuat untuk makan lagi. Selain itu juga mencegah rasa bersalah dan depresi yang ditimbulkan sesudahnya.

3. Tanyakan pada diri Anda, mengapa Anda lapar? "Ketika keinginan untuk makan tidak ditimbulkan oleh rasa lapar, makanan tidak akan pernah membuat Anda puas," kata Michelle May, MD, penulis buku Eat What You Love, Love What You Eat. Perlakukan tubuh Anda seperti mobil: periksa dulu bensinnya sebelum Anda isi lagi. Bayangkan angka 1 adalah kelaparan, dan angka 10 untuk kenyang. Buatlah agar Anda berada pada angka 4, ketika perut mulai terasa lapar tetapi tidak terlalu kelaparan.

4. Lakukan trik pada otak. Merenunglah selama 10 detik, untuk merasakan apakah Anda memang benar-benar lapar. Jika rasa lapar tidak terlalu mendesak, ada cara untuk menurunkan kadar stres tanpa mencari makanan. "Lakukan apa saja untuk membuat Anda bernafas, entah itu ngobrol dengan teman, atau nonton sinetron," ungkap Stephanie Smith, PsyD, juru bicara American Psychological Association. Ubah rutinitas Anda, maka otak akan mulai menginginkan aktivitas yang menyenangkan, bukan makanan manis dan berlemak lagi.

Untuk sebagian orang, makan berlebihan sudah menjadi penyakit yang serius, sehingga tidak bisa dikalahkan dengan caranya sendiri. Pada kasus ini, penderitanya harus berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat rujukan ke spesialis diet atau psikolog.

Related Posts

|

0 komentar: